“Assalamua’alaikum..”Ucapku ketika
masuk ke istanaku,tempat orang-orang yang ku sayangi berkumpul dan mengalunkan
aliran melodi ketenangan dalam urat nadiku.
“Wa’alaikumussalam anakku..”Jawab wanita itu dengan lembut sembari mengulurkan tangannya untuk ku cium dan ia menggapaiku kemudian mencium pipiku.
Malam ini aku baru tiba di rumahku,rumah sederhana tapi hangat. Tempatku tumbuh dengan didikan kesederhanaan dan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Ayahku yang menjemputku di stasiun,dengan sepeda motornya yang setia mengantar kemanapun ia akan pergi. Ia tetap terlihat gagah walau telah termakan usia. Ia adalah sosok terhebat di dunia untukku,ia adalah pahlawanku.
“Wa’alaikumussalam anakku..”Jawab wanita itu dengan lembut sembari mengulurkan tangannya untuk ku cium dan ia menggapaiku kemudian mencium pipiku.
Malam ini aku baru tiba di rumahku,rumah sederhana tapi hangat. Tempatku tumbuh dengan didikan kesederhanaan dan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Ayahku yang menjemputku di stasiun,dengan sepeda motornya yang setia mengantar kemanapun ia akan pergi. Ia tetap terlihat gagah walau telah termakan usia. Ia adalah sosok terhebat di dunia untukku,ia adalah pahlawanku.
Malam ini terasa sangat indah
untukku. Aku kembali ke rumahku setelah lama aku tinggal di perantauan untuk
mencari ilmu. Ibuku menyiapkan air hangat untukku mandi,memasakkan makan
kesukaanku,dan membuatkanku teh manis untuk menghangatkan badanku. Sungguh luar
biasa nikmat Mu Rabb-ku..Kau telah kirimkan malaikat-malaikat Mu ini
bersamaku..
Aku duduk menikmati teh manis
buatan ibuku dan kue-kue tradisional yang dibuatkan khusus oleh nenekku
untukku. Ku pandangi ikan-ikan di kolam dekat meja makanku,mereka berkejaran
dan berebut ketika ku beri sedikit potongan kue itu. Suasana disini sangan
tenang,khas pedesaan. Ya..aku memang orang desa,rumahku di kaki gunung yang
jauh dari keramaian kota. Ayahku adalah seorang petani yang merawat kebunku
dengan tangannyaa sendiri. Ibuku adalah wanita lembut yang pekerjannya adalah
mengurus dan mendidik putra-putrinya. Kami memang tidaklah kaya raya,kami hanya
orang desa yang hidup dalam kesederhanaan. Tapi syukur alhamdulillah kami
sangat bahagia.
Aku adalah anak terakhir dari dua
bersaudara,kakak ku telah menikah dan ikut dengan suaminya. Umur kami terpaut
sangat jauh. Karena itulah saat ini aku merasa aku adalah anak tunggal. Akulah yang
menjadi tumpuan dan harapan ayah ibuku saat ini.
“Bagaimana kuliahmu dek?”Tanya
lelaki itu sembari mematik api untuk menyalakan rokoknya.
“Alhamdulillah lancar Yah..walaupun
ada aja dosen yang nyebelin..”Ucapku sambil tersenyum.
“Yahh..namanya juga kuliah dek..hal
seperti itu wajar..”Ucapnya lagi sambil menghisap sebatang tembakau itu.
“Tak terasa anak ibu sekarang sudah
besar ya..rasanya baru kemari ibu menyusui bayi mungil dan membersihkan
ompolnya..”Suara itu muncul di sebelahku,belaian lembutnya menyusuri kepalaku. Aku
hanya tertawa kecil.
“Iya..rasanya kemarin ayah masih
bisa menggendongmu..tapi sekarang sudah encok nih punggung ayah kalau gendong anak
ayah yang hebat ini..hahahaha” Ayah tertawa renyah sambil terbatuk-batuk karena
hisapan rokoknya. Ibu tersenyum hangat dan duduk di samping kiriku.
“Kamu sudah besar dek..sudah
dewasa..apa belum ada laki-laki yang dekat denganmu?”Tanya ibu pelan.
“Kok ibu tanyanya
gitu..sekarang,buat adek yang penting itu cepet selesai kuliah..biar bisa bantu
ayah besok..”Aku tersenyum sambil menatap wajah ayah dan ibuku bergantian.
“Tapi kamu itu sudah waktunya lho
dek punya seseorang yang bisa dijadikan teman dekatmu..masa kamu mau sama ayah
dan ibu terus?”Ibu mengusap rambutku.
“Emang kenapa kalau sama ayah dan
ibu terus? Nggak boleh? “Ucapku manyun.
“Bukan begitu anakku..hanya saja
rasanya ibu dan ayah itu akan lebih tenang kalau kamu punya teman dekat yang
bisa bantu ayah dan ibu menjaga kamu..bukan begitu yah?”
“Ayah sih terserah kamu aja..tapi
perlu kamu tahu,ayah sama sekali tidak mengharap apapun dari kamu..ayah sama
ibu bersusah payah seperti ini kami ikhlas..nggak perlu kamu mikirin gimana
balas ayah sama ibu..nggak perlu..liat kamu bahagia,jadi orang berhasil sudah
cukup membuat ayah dan ibu senang..”Ucap ayah dengan suaranya yang khas. Ibu
tersenyum kepadaku,dan aku hanya menunduk diam kembali menatap ikan-ikan yang
berenang bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar