Sabtu, 04 Februari 2012

teman dekat ?


“Assalamua’alaikum..”Ucapku ketika masuk ke istanaku,tempat orang-orang yang ku sayangi berkumpul dan mengalunkan aliran melodi ketenangan dalam urat nadiku.
“Wa’alaikumussalam anakku..”Jawab wanita itu dengan lembut sembari mengulurkan tangannya untuk ku cium dan ia menggapaiku kemudian mencium pipiku.
Malam ini aku baru tiba di rumahku,rumah sederhana tapi hangat. Tempatku tumbuh dengan didikan kesederhanaan dan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Ayahku yang menjemputku di stasiun,dengan sepeda motornya yang setia mengantar kemanapun ia akan pergi. Ia tetap terlihat gagah walau telah termakan usia. Ia adalah sosok terhebat di dunia untukku,ia adalah pahlawanku.
Malam ini terasa sangat indah untukku. Aku kembali ke rumahku setelah lama aku tinggal di perantauan untuk mencari ilmu. Ibuku menyiapkan air hangat untukku mandi,memasakkan makan kesukaanku,dan membuatkanku teh manis untuk menghangatkan badanku. Sungguh luar biasa nikmat Mu Rabb-ku..Kau telah kirimkan malaikat-malaikat Mu ini bersamaku..
Aku duduk menikmati teh manis buatan ibuku dan kue-kue tradisional yang dibuatkan khusus oleh nenekku untukku. Ku pandangi ikan-ikan di kolam dekat meja makanku,mereka berkejaran dan berebut ketika ku beri sedikit potongan kue itu. Suasana disini sangan tenang,khas pedesaan. Ya..aku memang orang desa,rumahku di kaki gunung yang jauh dari keramaian kota. Ayahku adalah seorang petani yang merawat kebunku dengan tangannyaa sendiri. Ibuku adalah wanita lembut yang pekerjannya adalah mengurus dan mendidik putra-putrinya. Kami memang tidaklah kaya raya,kami hanya orang desa yang hidup dalam kesederhanaan. Tapi syukur alhamdulillah kami sangat bahagia.
Aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara,kakak ku telah menikah dan ikut dengan suaminya. Umur kami terpaut sangat jauh. Karena itulah saat ini aku merasa aku adalah anak tunggal. Akulah yang menjadi tumpuan dan harapan ayah ibuku saat ini.
“Bagaimana kuliahmu dek?”Tanya lelaki itu sembari mematik api untuk menyalakan rokoknya.
“Alhamdulillah lancar Yah..walaupun ada aja dosen yang nyebelin..”Ucapku sambil tersenyum.
“Yahh..namanya juga kuliah dek..hal seperti itu wajar..”Ucapnya lagi sambil menghisap sebatang tembakau itu.
“Tak terasa anak ibu sekarang sudah besar ya..rasanya baru kemari ibu menyusui bayi mungil dan membersihkan ompolnya..”Suara itu muncul di sebelahku,belaian lembutnya menyusuri kepalaku. Aku hanya tertawa kecil.
“Iya..rasanya kemarin ayah masih bisa menggendongmu..tapi sekarang sudah encok nih punggung ayah kalau gendong anak ayah yang hebat ini..hahahaha” Ayah tertawa renyah sambil terbatuk-batuk karena hisapan rokoknya. Ibu tersenyum hangat dan duduk di samping kiriku.
“Kamu sudah besar dek..sudah dewasa..apa belum ada laki-laki yang dekat denganmu?”Tanya ibu pelan.
“Kok ibu tanyanya gitu..sekarang,buat adek yang penting itu cepet selesai kuliah..biar bisa bantu ayah besok..”Aku tersenyum sambil menatap wajah ayah dan ibuku bergantian.
“Tapi kamu itu sudah waktunya lho dek punya seseorang yang bisa dijadikan teman dekatmu..masa kamu mau sama ayah dan ibu terus?”Ibu mengusap rambutku.
“Emang kenapa kalau sama ayah dan ibu terus? Nggak boleh? “Ucapku manyun.
“Bukan begitu anakku..hanya saja rasanya ibu dan ayah itu akan lebih tenang kalau kamu punya teman dekat yang bisa bantu ayah dan ibu menjaga kamu..bukan begitu yah?”
“Ayah sih terserah kamu aja..tapi perlu kamu tahu,ayah sama sekali tidak mengharap apapun dari kamu..ayah sama ibu bersusah payah seperti ini kami ikhlas..nggak perlu kamu mikirin gimana balas ayah sama ibu..nggak perlu..liat kamu bahagia,jadi orang berhasil sudah cukup membuat ayah dan ibu senang..”Ucap ayah dengan suaranya yang khas. Ibu tersenyum kepadaku,dan aku hanya menunduk diam kembali menatap ikan-ikan yang berenang bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar