Kamis, 09 Februari 2012

Apa Adanya


Hanya Sekedar Cerita,
“Sebenarnya apa yang kau cari? kenapa sebenarnya kau ini?” Umpat sahabat dekatku yang sudah sangat lama mengenalku. Aku hanya menarik nafas panjang dan berlalu meninggalkan kamarnya.
“Sudah waktunya kau membuka hati..bukannya ayah dan ibumu juga sudah menyuruhmu mengenalkan seorang lelaki kepada mereka?” Ia duduk di sampingku yang sedang melukis di kamarku.
“Tidak semudah itu Din..”Ucapku pelan sambil ku goreskan kuasku di kanvas tanpa menoleh ke arahnya.
“Kau mau terus-terusan seperti ini?hidup dengan bayang-bayang masa lalu,begitu?” Sekarang ia menatapku tajam.
“Tidak begitu juga..aku hanya butuh waktu saja..”Ucapku pelan sambil menatap ke arahnya dan kembali mengalihkan pandanganku ke kanvas.
“Kau ini..apa sebenarnya yang kau cari?apa maumu?”
“Akupun tak tahu apa yang ku mau..tak tahu apa yang aku cari..”Ucapku sembari tersenyum. Sahabatku itu hanya menarik nafas panjang ketika mendengar pernyataanku.
“Aku dan teman-teman hanya ingin melihat kau bahagia,hanya itu..”Ucapnya murung.
“Saat ini aku bahagia..sangat bahagia..untuk apa kalian susah payah memikirkan hal itu,lihatlah aku..bukannya setiap hari aku tertawa bersama kalian?kita bebas melakukan apapun yang kita inginkan bukan?”
“Iya..kau tertawa,tapi kami tahu hatimu sepi..”Ucapnya kembali murung. Aku hanya terdiam sembari kembali menggoreskan kuas ku.
“Tak mudah untukku membuka hati,untuk siapapun itu..dan aku selalu merasa takut,sangat takut.. kau tahu kan,aku bukanlah siapa-siapa..ayahku bukanlah seorang yang bertahta,aku tak punya apapun yang bisa ku banggakan,aku tidaklah cantik..aku tak berpunya..aku takut ia hanya akan mencampakanku kelak dan melukaiku..hanya itu..”Ucapku sembari mengusap tanganku yang terkena cat.
“Tidak semua orang seperti itu..siapa tahu salah satu dari mereka mencintaimu apa adanya..cobalah dulu..setidaknya ijinkanlah mereka mengisi hari-harimu..”Ucapnya. Aku hanya terdiam dan terus terdiam berdiri di depan standing lukisanku.
“Hariku sudah cukup terisi dengan kalian,aku masih bisa tertawa hari ini..aku masih bisa bahagia dengan kalian,buat apa aku mencobanya?bukankah tidak menjamin aku tak akan tersakiti?”Aku menatap tajam kearahnya. Ia hanya menggelengkan kepala sembari berjalan menuju jendela di kamarku.
“Kenapa kau jadi seperti ini?sudah dingin dan beku kah hatimu?tidakkah kau ingin kembali merasakan sentuhan hangat perhatian dan kasih sayang dari seseorang yang akan menjadi pasangan hidupmu?”Tanya nya kepadaku yang sedari tadi menyibukkan diri dengan kuas-kuasku. Akupun menarik nafas panjang.
“Suatu hari nanti pasti aku akan menghangatkannya kembali..tapi tidak untuk saat ini, aku hanya ingin benar-benar yakin mana hati yang tepat..”
“Sampai kapan kau akan terus begini?Kau ini cantik..baik..lembut,banyak sekali yang menginginkanmu..kau menunggu apa lagi?”

“Aku tak tahu..yang jelas sampai hadir seseorang yang tak melihat rupa dan keadaan diriku saat ini..aku ingin ia mencintaiku apa adanya..dengan segala kurang dan lebihku..”Ucapku tersenyum.

Minggu, 05 Februari 2012

Ternyata Aku Jauh Lebih Beruntung


Hari ini,
lambang save street jogja
Kegiatanku dikampus tak begitu padat,bahkan bisa dibilang aku masih bisa pulang lebih awal dan beristirahat sejenak. Hari ini ada jadwalku untuk mengunjungi anak-anak pemulung di KP Pemulung Tegal Mojo Yogyakarta. Aku mengikuti sebuah komunitas pemberdayaan anak jalanan bernama “Save Street Child”. Aku mulai tertarik dan mengikutinya ketika aku baru saja duduk di bangku perkuliahan. Saat itu,Gina..salah satu teman sekelompok ospek fakultasku menawarkan untuk bergabung dengan komunitas tersebut.
Ini yang namanya gina :)
Ketika pertama aku datang ke wilayah tersebut,rasanya ada sesuatu yang menggetarkan hatiku. Mereka hidup dengan mengais sampah dan mengumpulkannya di tempat tinggal mereka yang bisa dibilang tidak layak huni. Mataku tertuju pada seorang anak kecil yang sedang berkutat dengan sampah-sampah itu. “Tidak takut anaknya sakitkah orang tua mereka itu?” Pikirku dalam hati. Balita-balita dan anak-anak itu hidup di lingkungan yang kumuh,tidak sakitkah mereka? Tumpukkan sampah itu tentu banyak sekali kumannya. Tapi mengapa mereka begitu riang dan tanpa ragu bermain di sekelilingnya?
Ini dia foto adik-adik di Tegal Mojo
Nasib mereka sangat memprihatinkan,mereka tak bisa mendapatkan pendidikan dan fasilitas kesehatan yang layak. Ya Allah..sungguh beruntungnya aku.. aku hidup di lingkungan yang layak,dengan orang-orang yang menyayangi dan mendidikku dengan kasihnya. Tetapi mereka? Bahkan orang tua mereka tak tahu sejauh mana mereka berkembang. Aku punya kesempatan untuk merasakan pendidikan yang layak,dengan fasilitas yang memadai. Tetapi mereka?bahkan hampir sebagian besar waktu mereka digunakan untuk mengais rezeki dari tumpukan sampah itu tanpa adanya kesempatan untuk mendapat pendidikan moral dan material yang lebih layak.
Aku yang sudah sebesar ini saja masih meminta uang kepada orang tuaku,segala biaya dan kebutuhanku terpenuhi oleh mereka. Tetapi anak-anak itu? Masih sekecil itu mereka sudah harus mencari uang untuk menopang keberlanjutan hidupnya. Allah Yaa Rabb..adilkah kehidupan ini untuk mereka??
Ini yoshua dan rahmah yang biasanya ngamen di lampu
merah kehutanan UGM

Melihatnya saja aku sudah merasa sedih dan tertekan. Apalagi mereka yang menjalaninya? Sungguh kuat dan tegar anak-anak itu. Semungil itu sudah harus merasakan kerasnya hidup.

Aku ingin menangis,sangat ingin..tapi ada sebuah kekuatan yang membuatku tak menangis..senyum mereka,ya..senyum mereka..dengan keadaan yang seperti itu saja mereka masih bisa tersenyum,masih bisa tertawa riang..
Aku malu,sangat malu kepada mereka..aku jauh lebih beruntung dari mereka. Tetapi apa yang telah aku lakukan?aku lebih sering mengeluh,aku lebih sering kurang bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini. Padahal sesungguhnya aku sudahlah sangat beruntung dibandingkan dengan mereka. Mohon ampunkan khilaf dan kufurku Ya Rabb..

Kisah Wanita Hebat


Sore itu,kegiatanku di kampus barulah selesai. Lelah mendera seluruh tubuh dan otakku,perutku pun terasa sangat lapar. “Ya Allah..aku lupa belum makan apapun dari pagi tadi..”Ucapku dalam hati. Diperjalanan menuju kost,aku mampir sebentar di warung makan. Alhamdulillah cukup kenyang perutku. Tiba-tiba handphone ku berbunyi,salah satu rekan di kampusku meminta bertemu denganku jam empat tigapuluh nanti. Kulihat jam tanganku,waktu menunjukkan pukul empat. “Wahh..waktunya nggak cukup nih kalau pulang ke kosan dulu..”Pikirku. Segera ku cari masjid terdekat dengan warung makan tersebut untuk menunaikan solat ashar. Aku mampir di sebuah mushola kecil dan dengan fasilitas seadanya. Tidak terlihat seorang pun didalamnya. Aku melangkahkan kakiku dan mempersiapkan diriku serapih mungkin untuk bertemu sang Khalik.
Saat aku berdiri raka’at kedua,seseorang menepuk pundaku tanda ia akan menjadi ma’mum. Selesai sholat,kulihat seorang wanita sangat cantik dan anggun duduk di sebelahku. Wajahnya cantik dan meneduhkan,ia memakai sebuah gamis berwarna ungu tua dengan jilbab yang menutupi dada dan punggungnya. Ia tersenyum ramah kepadaku,dan akupun membalas senyumnya.
Karena aku harus segera kembali ke kampus,aku tak sempat mengobrol dan berkenalan jauh dengannya. Segera aku berpamitan pergi dari mushola kecil itu. Pertemuan itu pun terasa tanpa makna.
Selang beberapa hari kemudian,ketika aku sedang mengunjungi salah satu pameran buku islami yang di gelar di kota ini aku kembali bertemu dengannya.“Hai..kamu yang di mushola kemarin itu kan ?” Sapanya ramah sembari tersenyum.
“Iya mba..apa kabar?”
“Alhamdulillah baik..kamu gimana?”Ucapnya sambil memegang pundakku.
“Alhamdulillah baik juga mba.. beli buku ya mba?”Tanya ku padanya yang terlihat membawa buku-buku di tangannya.
“Iya..ini buat bacaan anak saya..”Ucapnya tanpa ragu dengan lagi-lagi menyunggingkan senyumnya.
“Kamu cari buku juga Bel?”Tanya wanita muda dan cantik itu. Tak terlihat bahwa ia empat tahun lebih tua dariku.
“Iya mba..tapi buku yang ku cari engga ada..hehehe”Ucapku sambil tersenyum.
“Memang buku apa yang kamu cari?”
“Khadijah mba..udah lama aku pengin baca tapi belum nemu-nemu juga..”Ucapku nyengir.
“Oh itu..kalau tidak salah mba punya..kalau kamu mau baca saja punya mba..”Ucapnya sambil agak berpikir dan kemudian ia tersenyum.
“Wah..bener mba?”Tanyaku antusias. Dan ia hanya mengangguk sambil tersenyum bahagia.
“Biasanya kalau ashar mba sholat di mushola itu,tempat kerja mba di dekat situ..habis dari kantor mau langsung pulang takut nggak keburu asharnya..”Ucapnya lembut.
“Iya mba..hehehe..”Aku tersenyum. Obrolan kami terhenti ketika seorang gadis mungil yang manis datang dan memanggil ibu kepadanya dengan seorang lelaki tegap dan tampan menggandeng tangannya. “Halo sayang..”Ucap wanita cantik itu sembari menggendong dan mencium putri kecilnya. “Ini ada tante..Zahwa beri salam nak..”Ucapnya pada anak kecil itu. Aku hanya tersenyum. “Acalamualaikum tante..”Ucapnya lucu sembari mencium tanganku.
“Wa’alaikum salam Zahwa..wahh cantik sekali yaa pakai kerudungnya..”Sapa ku sambil memegang pipinya.
“Ini anakku Bel..Zahwa..nah kalau ini suamiku, “Ucap wanita itu kepadaku. Lelaki gagah dan berkaca mata itu tersenyum sambil mengangguk. Aku membalas senyumnya. Tak lama kemudian mereka berpamitan untuk pergi. Melihat kehidupannya,aku merasa kagum..dan sangat kagum. Mereka terlihat benar-benar sangat bahagia. MasyaAllah..sungguh indah pemandangan yang Kau tunjukkan kepadaku Mu Ya Rabb..

Beberapa kali dalam seminggu aku sering bertemu dengannya baik di sengaja maupun tidak di mushola kecil itu. Kami saling bernagi cerita atau hanya sekedar mengobrol sebentar. Aku sangat mengaguminya. Ia adalah sosok luar biasa yang pernah ku temui. Ia cantik,muda,shalihah,lembut dan berprestasi. Sungguh sangat beruntung seseorang yang menikahinya.
Pada suatu siang,aku duduk termenung di mushola itu. Hari ini hari sabtu,biasanya wanita muda yang sering sholat ashar denganku itu tak datang pada hari sabtu. Ia libur bekerja,sama halnya dengan aku. Kuliahku libur hari ini,hanya saja aku ingin menenangkan pikiran disini. Dadaku terasa begitu sesak,air mata ku tak terasa terus mengalir. Aku terhanyut dalam suasana,dan semakin menangis. Seseorang tiba-tiba memegang pundakku dan mengucapkan salam. Wanita cantik yang tak asing lagi bagiku itu kini berdiri di hadapanku. Ia hanya tersenyuim dan kemudian menunaikan sholat dhuhur disana. Aku hanya terdiam,mengusap air mataku dan membiarkannya.
“Mengadulah kepada Allah adikku..”Ucapnya perlahan seusai sholat. Aku hanya tertunduk dan mengusap air mataku.

“Kadang..cobaan memang membuat kita sangat berduka,larut dalam keadaan dan tangis..wajarlah jika kau menangis..tapi tujukanlah tangisanmu untuk memohon pada Allah..”Ucapnya pelan. Lagi-lagi aku hanya mengusap air mataku dan tersenyum kepadanya.

“Maukah Allah mengampuni kesalahan hambanya berapapun besarnya itu ?” Tanyaku sembari menatapnya.
“Allah Maha Pengampun..Ia akan memaafkan kesalahan hamba-hambanya..”
“Berapapun besarnya itu?”
“Iya..berapapun..”Ucapnya yakin. “Asalkan hamba tersebut mau memohon ampunan yang tulus kepada Nya..”Lanjutnya sembari  tersenyum ramah menatapku. Semenjak sore itu aku semakin mengaguminya. Aku ingin menjadi wanita lembut dan shalihah seperti ia. Sosok yang bisa memberi keyakinan dan mampu menguatkan sesama. Ia adalah wanita sempurna yang hebat.
“Sebenarnya ada sesuatu yang mau mba ceritakan kepadamu,tapi sebelumnya mba ingin mengatakan bahwa mba sangat kagum kepadamu..jarang mba temui gadis seusia mu yang sebaik kau..”Ucapnya di suatu sore sambil tersenyum.
“Ahh mba bisa aja..sebenarnya aku juga kagum sama mba,mba begitu cantik..lembut,dan yang pasti sangat shalihah..”Ucapku. Dan wanita itu hanya tersenyum.
“Aku menjadi seperti ini bukan tanpa proses adikku..”
“Maksudnya?
“Banyak sekali jalan terjal yang telah ku lalui,perlakuan menyakitkan,cemoohan,bahkan aku tak diakui di keluargaku sendiri..”Ucapnya dengan tersenyum kecut. Aku terperanjat kaget dan menatapnya heran.
“Tak usah heran begitu..sebenarnya aku tidaklah lebih baik dari kau..”Ucapnya sambil tersenyum.
“Aku nggak ngerti maksud mba..”Ucapku.
“Dulu aku ketika seusiamu tak berjilbab..”Ucapnya sembari menarik nafas dan memulai cerita. Aku mendengarkannya dengan seksama.
“Aku seperti remaja-remaja lain sedang tumbuh dalam proses pencarian jati diri..seperti kau dan yang lainnya,akupun mulai menyukai laki-laki..saat itu aku tak berjilbab,kata orang-orang aku cantik..”Ucapnya sambil tersenyum. Dan akupun ikut tersenyum.
“Aku menjadi seorang model saat itu..sampai-sampai aku mengabaikan kuliahku..singkatnya,aku jatuh hati kepada seorang fotografer tampan tempatku bekerja..ia pun juga jatuh hati kepadaku..”
Suamimu saat ini mba?”Tanyaku.
“Bukan..”Jawabnya sambil tersenyum. “Kami berpacaran layaknya muda-mudi pada umumnya,ia terlihat sangat menyayangiku..ia selalu mengantarku kemanapun aku pergi,jalan..nonton..kamipun tak jarang berangan-angan tentang sebuah pernikahan. Umurnya empat tahun lebih tua dariku,dan pada suatu ketika ia mengajakku ke sebuah club malam..”Ucapnya pilu. Aku yang tadinya tak melihat kearahnya kini langsung menatap ke wajahnya. Dan lagi-lagi ia hanya tersenyum.
“Aku dan ia sama-sama tak sadarkan diri,entahlah apa yang terjadi malam itu..yang jelas ketika aku membuka mata,ia sedang tertidur pulas di sampingku di kamar kos nya..”Air mata mulai terlihat di pelupuk matanya. Aku hanya diam menyembunyikan kekagetanku yang luar biasa.
“Saat sadarkan diri,kami sangat syok..ia begitu terlihat sangat frustasi..aku hanya bisa menangis saat itu..aku sangat panik dan sedih,maklum..saat itu aku barulah duduk di semester pertama..sedangkan ia sudah semester akhir namun belum dinyatakan lulus..”
“Lantas,apa yang terjadi setelah itu mba?”Tanyaku pelan.
“Aku hamil..ia sangat panik..kami berdua sangat bingung..ia adalah anak tunggal dan berasal dari keluarga yang terpandang..berbeda dengan aku,aku adalah satu-satunya harapan dan tumpuan ayah dan ibuku..aku bisa kuliah di situ tak lain karena beasiswa..”Ucapnya tertatih sembari mengusap air matanya yang tak terbendung.
“Lalu..??”Tanyaku.
“Aku sangat bingung..sangat sangatlah bingung..bila aku mengatakannya kepada orang tuaku,tentu aku akan sangat melukai hati mereka..dan aku lebih memilih mati bila harus melihat mereka terlukai hatinya.. begitupun dengannya,ia tak ingin keluarganya tahu..”Wanita itu kembali menangis.
“Aku hanya bisa berpasrah dan bertaubat..aku bertekad untuk membesarkan anakku apapun yang terjadi,tapi tidak dengannya..ia menyuruhku membunuh janin di kandunganku..tentu aku menolaknya,aku tak ingin menambah dosa-dosaku..”
“Ia tetap memaksamu menggugurkannya walaupun kau tak mau mba?”Tanyaku.
“Iya..ia tetap memaksaku,ia menyuruhku makan makanan yang berbahaya untuk janinku..aku tak ada pilihan..akupun memakannya..tapi demi Allah..aku tak pernah ingin melenyapkannya..”Ia kembali terisak. Aku hanya bisa mengelus pundaknya.
“Hingga akhirnya pada suatu malam aku mengalami pendarahan,sakit sekali rasanya..darah juga keluar dari rahimku,aku memberitahukan padanya..ia tampak begitu cemas dan panik..untung saja hanya malam itu saja pendarahannya..keesokan paginya aku sudah bisa bangun kembali..”
“Kau keguguran?”Tanyaku kaget. Dan ia menggelengkan tangan sambil tersenyum. “Lalu?”Tanyaku bingung.
“Beberapa hari setelah itu ia menyuruhku mengetes kandunganku dengan test pack yang ia belikan. Dan ternyata hasilnya masih positif..karena aku takut ia akan menyuruhku menggugurkannya lagi,aku mengatakan bahwa sekarang hasilnya negatif..”Ucapnya. Aku langsung terperanjat kaget dan menatap kearahnya. “Jadi ia tak tahu kalau kau masih hamil mba?”tanyaku. Ia hanya mengangguk.
“Aku hanya tak ingin menambah dosaku..lebih baik aku menanggung sakit di dunia daripada di akhirat nanti..”Ucapnya.
“Lalu bagaimana mungkin kau menghadapinya seorang diri?”Tanyaku yang sedari tadi masih bingung.
“Aku mengatakan hal tersebut pada kedua orang tua ku dengan tetap merahasiakan nama laki-laki itu..”
“Bagaimana reaksi mereka?”
“Mereka sangat marah dan sangat tersakiti..demi Allah dik..saat itu rasanya aku lebih baik mati daripada aku harus melihat raut kekecewaan yang mendalam di wajah mereka..”Wanita itu makin terisak.  Sesuatu serasa menyentuh hatiku,membuat dadaku sesak dan air mataku tak kuasa terbendung. Aku seperti turut merasakan apa yang wanita ini rasakan saat itu.
“Setelah itu aku mengambil cuti kuliah,untungnya perguruan tinggi tempatku menuntut ilmu mengijinkan aku untuk cuti..aku pergi ke sebuah desa yang jauh agar kedua orang tua ku tidaklah semakin tersakiti..mereka tidak harus ikut menanggung malu,mendengar hinaan dan cercaan yang menyakitkan..disana aku bekerja sebagai buruh cuci awalnya,untuk penyambung hidupku..cercaan dan hinaan kerap kali di lontarkan kepadaku,tetapi aku hanya bisa diam dan pasrah..hingga kemudian aku menajadi pembantu rumah tangga di sebuah keluarga terkemuka di desa itu. Sebuah keluarga yang sangat baik dan ramah..sungguh sebuah pertolongan luar biasa dari Allah untukku..mereka menjamin kehidupanku..tugasku adalah menjaga dan melayani seorang ibu yang lumpuh..aku merawat dan menyayangi ia seperti ibuku sendiri..rasa rindu kerap kali muncul saat aku teringat pada orang tuaku,tetapi aku selalu melenyapkannya..” Ia tersenyum seakan sedang mengenang sebuah pengalaman yang sangat indah.
“Di keluarga itulah aku mulai belajar agama dan mulai menutup sedikit demi sedikit auratku..mereka sangat baik kepadaku,hingga suatu saat ketika putra ketiga mereka kembali ke rumah setelah melanjutkan studi di luar negeri kehidupanku menjadi berubah..keluarga itu mengusirku karena putra ketiga mereka tersebut jatuh hati kepadaku. Padahal saat itu usia kandunganku menginjak tujuh bulan. Aku di paksa keluar dari rumah itu..”
“Lalu?kau meninggalkan rumah itu?”Tanyaku. Perempuan itu hanya mengangguk.
“Aku tinggal di sebuah losmen kecil dengan sedikit uang sisa gajiku kemarin,kemudian aku bekerja sebagai tukang foto copy..anak ketiga dari keluarga itu masih saja mengejarku,bahkan tak jarang ia mengantarkanku kerumah sakit untuk memeriksa kandunganku..ia adalah lulusan arsitektur dari perguruan tinggi di Australia..ia tampan,ramah,dan sangat baik..”Ucapnya sambil tersenyum.
Hingga pada suatu hari laki-laki itu nekat melamarku,saat itu usia kandunganku manginjak delapan bulan. Bahkan ia sampai rela meninggalkan rumahnya demi menikahiku. Aku kembali kerumahku dan meminta restu ayah dan ibuku,suatu hal yang sangat luar biasa..mereka memaafkanku..demi Allah..sungguh nikmat yang tak terhingga bagiku. Setelah menikah kami tinggal di sebuah rumah kecil..dan suamiku memulai karirnya yang baru sebagai seorang arsitek..ia adalah sosok suami yang hebat,yang selalu melindungi dan menyayangiku..”
“MasyaAllah..sungguh luar biasa,Allah telah mengirimkan pertolongan Nya untukmu..”Ucapku sambil mengusap air mataku.
“Iya..sungguh luar biasa kuasa Nya..tidak hanya itu,beberapa hari setelah anakku lahir..keluarga suamiku berkunjung ke rumah kami..mereka meminta kami kembali kerumahnya dan menganggap anakku sebagai cucu nya..aku menangis haru saat itu..dan setelah itu aku sangat yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dengan hambanya yang sabar dan mau meminta..”Wanita itu menatapku dengan senyumannya. Aku turut tersenyum dan menangis haru.
"Tapi Allah ternyata masih neguji kesabaranku,putraku meninggal saat usianya baru tiga bulan..rasanya aku seperti kehilangan separuh dari gairah hidupku..aku terpuruk saat itu..tapi untungnya aku memiliki suami dan keluarga yang selalu menyayangi dan mendampingiku.."Wanita itu mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
“Lalu bagaimana dengan kabar mantan pacarmu dulu?”Tanyaku.
“Entahlah..bagiku ia adalah masa lalu,aku hanya menjadikannya sebagai pelajaran hidup..tanpanya,aku tak akan mendapat hidayah Allah..”Lagi-lagi wanita itu hanya tersenyum.
mendengar cerita hidupnya,aku jadi semakin kagum padanya. Ia tak hanya anggun dan cantik,tetapi ia sangatlah kuat dan tegar. Aku hanya bisa mendoakannya agar ia selalu di beri kemudahan hidup. J

Sabtu, 04 Februari 2012

You?

Aku terperanjat dan membuka mata keget. Ternyata aku masih berbaring di ranjang,terlihat atap kamar yang berwarna merah muda dengan pajangan-pajangan di dinding dan beberapa lukisan yang tak asing untukku,ya..aku di kamar kos ku. Aku membuka mata dan kunyalakan lampu di dekat tempat tidurku. Ku buka handphone ku, "Baru jam tiga.."Ucapku dalam hati sembari menguap menahan kantuk. Aku duduk diatas ranjang sambil sedikit merapikan rambutku. Tiba-tiba aku teringat akan mimpiku tadi,entahlah mimpi apa itu. Yang jelas ada aku dan seorang laki-laki disana. Entah siapa..aku tak begitu mengenalnya,namun ia kerap kali muncul dalam mimpiku tempo hari. Wajahnya terlihat sangat meneduhkan bagiku. "Siapa dia..?"Ucapku pelan sambil mengingat-ingat beberapa wajah yang mungkin ku kenal atau setidaknya pernah ku lihat. Tapi tak kunjung ku temukan siapa dia.
Aku tak mau terlalu larut dalam pikiran yang tak menentu,toh ini hanya sebuah mimpi. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi. Kulihat kamar teman-teman kos ku masih tertutup rapat,yang tandanya mereka masih tidur nyenyak. Ku basuh mukaku,terbesit dalam pikiranku untuk sholat tahajud malam ini. Ya..mumpung bangun..hehehe. Ku ambil air wudlu dan kembali ke kamarku. Malam ini aku seperti bertemu dengan Rabb-ku,aku terbangun karena mungkin aku akan bertatapan dengan Nya. Ku panjatkan segala harapan kepada-Nya. Ku memohon ampunan atas segala khilaf dan kufur yang telah ku lakukan. Aku membaringkan tubuhku kembali di ranjangku,kupandang langit-langit kamarku hingga aku kembali terlelap.
     Pagi ini aku kembali melangkahkan kakiku ke kampus,ada sebuah urusan yang harus ku selesaikan. Kakiku melangkah tanpa ragu menyusuri setiap sudut kampus. Bertemu dengan orang-orang yang tak asing lagi bagiku dengan kesibukan mereka masing-masing. Di salah satu sudut tempat ku menuntut ilmu tersebut aku berhenti,aku terdiam dan merasa aneh dengan wajah yang sedang duduk di ujung sana dengan kemeja putihnya. Wajahnya tak asing,tapi aku merasa tidak mengenal atau pun pernah melihat secara langsung wajahnya. Aku berpikir dan mengingat-ingat dimana ku temui wajah itu. aku terus berpikir sembari terus mengingat-ingat dimana aku temui mata itu.  "Di mimpiku..!"Ucapku dalam hati. Ya..mimpiku tempo hari. Ku lihat dan perhatika  wajahnya,ya..memang benar wajah itu..wajah dan mata yang kerap kali membuatku terbangun.
"Siapa dia??"Aku bertanya-tanya dalam hati. Aku tidak pernah bertemu dengannya di keseharianku. Di kelas maupun lingkungan kampusku. Wajahnya terlihat sangat dewasa,mungkin dia lebih tua 4 atau 5 tahun dariku. Entahlah..yang jelas wajah itu tak asing lagi untukku. Ia sedang duduk bersendau gurai dengan rekan di sampingnya. Mungkin umur mereka sama dengannya. Sempat terbesit dalam piliranku untuk tahu siapa dia. Tapi aku langsung mengenyahkan pikiran tentangnya ketika seseorang menyapaku yang sedari tadi termenung.

Simbah putri

Aku datang ke sebuah rumah yang sudah cukup tua di sudut kota Yogyakarta sore itu. Lingkungan disini tak asing lagi bagiku. Inilah tempat mbah putri ku,mbah putri angkat tepatnya. Ia sudah menganggap Ibu dan Bulik ku (sebutan untuk adik dari ibu) sebagai anak kandungnya. Ia sangat menyayangiku dan sepupu-sepupuku. Aku mengetuk pintu dan mengucap salam seperti biasanya sambil berdiri memandang pot-pot bunga yang tertata rapi disampingku.
Tak lama kemudian muncul seorang wanita tua berpaikaian khas Yogyakarta dari pintu samping rumah. Aku tersenyum dan mencium tangannya,iya menyambutku dengan pelukan hangat dan kecupan di kedua pipiku. Aku mengikutinya masuk kerumah itu,rumah yang tak begitu besar dan belum selesai diperbaiki setelah gempa beberapa tahun lalu di kota ini. Aku memasuki kamar tempat biasa akau beristirahan dengan sepupu-sepupuku. Kamar ini sudah banyak berubah,ya..karena sepupu laki-laki ku yang satu tahun lebih tua dariku kerap kali mencorat-coret dindingnya dengan grafiti suporter bola kegemarannya. Kakiku melangkah terseok-seok menuju dapur dan menghampiri mbah putri.
"Sikilmu kuwi kenek opo dek?"Tanya simbah putri dengan logat khas nya.
"Tibo mbah.."Ucapku sambil tersenyum dan meneguk teh manis buatannya.
"Kok biso?tibo neng ndi?loro ora?jajal bukak'en ben simbah biso ngobati.."Ucap simbah sambil melihat kaki kananku yang ditutupi dengan kain kasa.
"Mboten nopo-nopo mbah..sampun mantun ogk.."Ucapku sembari tersenyum.
"Walah..gek ndang digowo neng puskesmas kono dek.."
"Mboten usah mbah..mboten nopo-nopo..niki wau sampun di obati.."Ucapku pelan sambil menggigit gorengan khas Yogyakarta buatan simbah.
Suasana daerah ini benar-benar khas,hampir semua orang disini ramah-ramah dan sopan. Berbeda dengan suasana kota-kota besar lain yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Aku duduk di ruang tamu sembari menatap keluar jendela. Simbah datang menghampiriku dan membawa seperangkat obat luka yang ia miliki. Ia menarik kakiku pelan dan membersihkannya dengan antiseptik.
"Kowe ki mbok yo nek loro ki ngomong..ora meneng wae..ben simbah ki ngerti..ora dirasakke dewe.."Ucap simbah sambil mengobati luka di kakiku.
"Njih mbah..niki mboten nopo-nopo kok..sampun mantun.."Ucapku. Simbah mengusap kakiku yang tidak terluka dengan minyak yang baunya sangat menyengat. Entahlah itu minyak apa,yang jelas kaki terasa hangat setelah simbah mengusap minyak itu.
"Mbah Uti sehat?"Tanya simbah. Mbah Uti adalah panggilan untuk mbah kandung dari Ibuku.
"Alhamdulillah sehat mbah.."Jawabku tersenyum sambil menahan sakit di kakiku.
"Ibu bapak nandur opo saiki neng kebun dek?"
"Padi mbah..kalih sayuran-sayuran sekedik.."
Simbah hanya mantuk-mantuk mendengar jawabanku. Lalu ia berjalan ke ke dapur dan kembali lagi membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya. Beginilah kebiasaan simbah,ia tak pernah menawarkanku dulu aku mau makan atau tidak. Langsung saja ia bawakan ke hadapanku. Tentu saja aku tidak enak jika tidak memakannya,takut mengecewakan simbah.



Datangnya keluarga jauh part IV

Pagi ini seperti biasa,ketika subuh tiba pasti handphone ku berbunyi. Rutinitas Ibuku adalah membangunkanku saat subuh. Seperti biasa,ibu menanyakan berbagai macam pertanyaan yang setiap hari hampir sama. Tapi ada yang berbeda,ibu menyuruhku pulang akhir minggu ini,saat lebaran haji tepatnya. Mendengar itu aku jadi semakin resah,apa yang harus ku lakukan ketika bertemu dengan keluarga besar nanti?kata-kata apa yang harus aku ucapkan agar tak meyakiti hati?atau bagaimana? Sempat terfikir dalam benakku aku tak usah pulang saja,agar tidak bertemu dengan mereka. Tetapi apa kata mereka?mana mungkin aku mengingkari janjiku untuk pulang kepada ibu.
Akhirnya ku putuskan untuk pulang sore itu. Seperti biasa,ayah yang menjemputku di stasiun dengan motornya. Sesampainya dirumah,ibu langsung menyambutku,ada kakak dan keponakan kecilku juga datang kerumah. Beginilah suasana di rumah saat libur tiba. Seperti biasa pula aku duduk di tepi kolam sembari memegang secangkir teh di tanganku.
"Bagaimana kuliahmu?"Tanya ayah. Pertanyaan yang selalu ia lontarkan setiap kali aku pulang.
"Alhamdulillah lancar kok Yah.."Jawabku sambil tersenyum. Pikiranku melayang-layang jauh entah kemana,terlebih ketika ibu berkata keluarga dari Jakarta telah sampai dan saat ini sedang bersilaturahmi di rumah Bude. Memang segala keputusan ada ditanganku,aku berhak menentukan apa yang menjadi keinginanku. Tapi,apakah semudah itu mengatakannya?terlebih semua berharap padaku. Entahlah..mungkin aku terlalu belia untuk memikirkan hal semacam ini. Dengan alunan merdu takbir malam ini aku meminum seteguk teh dari cangkirku.
Pagi ini seusai solat Ied,ibu menyuruhku mengenakan gamis yang ia pilihkan untukku. Aku hanya mengiyakan dan memakainya. Keresahanku semakin menjadi ketika keluarga itu datang,aku hanya bisa tersenyum dan terdiam menunduk. Lelaki itu itu menyapaku dengan senyumnya yang ramah. Di tengah pertemuan keluarga ini ia menghampiriku.
"Semester berapa de? ngambil pertanian ya?"Tanyanya ramah dengan logat Jakarta khasnya.
"Iya mas..sekarang masih semester pertama,"Jawabku dengan senyum yang seramah mungkin.
Ia mengajakku ngobrol panjang lebar. Ia sangatlah ramah,berbicara dengannya seperti sedang bercerita dengan seorang kakak. Ia begitu dewasa dan gagah. Pertama kali aku melihat jelas wajahnya,ia berada di depanku sekarang..tetapi aku tak berani mengarahkan mataku langsung kepadanya.
Ia terlihat gagah dengan baju koko nya,bahkan sangatlah gagah. Ia adalah gambaran lelaki sempurna yang mungkin diidamkan para kaum hawa. Gagah,mapan,dan shalih. Tapi entahlah..hatiku sama sekali tak bisa tersentuh olehnya. Ia adalah sesempurna-sempurnanya seorang lelaki dewasa yang matang. 
"Kurang menarikkah ia untukmu?"Tanya kakakku kepadaku yang sedari tadi sedang termenung.
"Ia adalah semenarik-menariknya seorang lelaki..tapi betapapun sesempurnanya ia..apakah ada ketentuan bahwa setiap hati bisa menerimanya?"
"Apa yang kau maksud dek?apakah kau tidak menyukainya?"Tanya Ibu mendekatiku.
"Aku menyukainya Bu,tapi..aku lebih menyukainya sebagai seorang kakak..bila ditanya apa aku nyaman di dekatnya,pastilah aku sangat nyaman..tapi lagi-lagi hanya sebagai kakak..ketika aku ditanya apa aku merasa cocok menjadikannya pasangan hidup,aku tidak bisa menjawabnya..masa depanku masih panjang Ibu..Bude..Kak..tidakkah aku terlalu dini untuk memikirkan hal itu?aku ingin meraih mimpi-mimpiku dulu..aku tidak mau terbatasi dulu.."Ucapku perlahan sembari menatap Ibu,Bude dan kakak ku bergantian. Hanya alasan itulah yang bisa ku katakan.
"Tapi dek..ini tak akan membatasimu meraih mimpi-mimpimu..sama sekali tidak ada pengaruhnya bukan?.."Ucap Bude. Aku hanya tersenyum.
"Saat ini memang tidaklah terlalu berpengaruh..tapi tidakkah Ibu dan seluruh keluarga mempertimbangkan usiaku saat ini?bukankah gadis-gadis seusiaku masih belum bisa terlalu konsisten?aku masih ingin bebas menikmati masa-masa ini Ibu.."Ucapku sambil tersenyum kepada ibuku.
"Tapi akan sulit menemukan orang yang lebih baik darinya dek.."Ucap Bude kecewa.
"Jika memang ia jodohku..pasti Allah akan mempertemukan kembali..biarkanlah saat ini kita punya kehidupan masing-masing.."Ucapku sambil tersenyum. Rasanya semua yang aku katakan sudah mewakili apa sebenarnya keputusanku. Bukan aku tidak menyukainya,justru sebaliknya..aku sangat menyukainya,tapi bukan untuk pasangan hidup. :)

Datangnya keluarga jauh part III

Akhir-akhir ini ayah dan ibuku sering bercerita tentang keluarga yang kemarin datang mengunjungi kami. Katanya mereka adalah keluarga yang latar belakang dan agamanya baik. Entahlah,baru kali ini juga aku bertemu dengan mereka. Mereka memang orang kota,tapi penampilan mereka sopan dan bernuansa islam.
Bude memanggilku siang itu,
"Dek..siapa tahu kamu yang akan menjadi penyambung tali silaturahmi dan pendekat keluarga kita dengan keluarga mereka.."Ucap Bude suatu ketika.
"Maksud Bude apa?"Tanyaku bingung.
"Mereka menyukaimu nak.."Ucap Ibu sambil mengelus kepalaku. Aku terdiam bingung. kutatap ibuku berharap mendapat sebuah penjelasan. Namun ia hanya tersenyum tenang melihatku yang kebingungan.
"Mungkin sekarang kamu masih bingung,suatu saat nanti kamu akan mengerti..mereka adalah keluarga terpandang dek..suatu hal yang sangat jarang dan suatu kehormatan kalau mereka mau bersilaturahmi kemari..ke keluarga kita yang tak punya apa-apa ini..terlebih itu karena kau.."Ucap Bude menatapku sambil tersenyum.
"Karena aku?"Tanyaku bingung. Lagi-lagi ku tatap ibuku yang sedang membuat teh manis untuk Bude.
"Iya..mereka menyukai dan menyayangimu..kami sangat berharap kamu bisa makin mendekatkan dua keluarga yang saling berjauhan ini.."
"Tapi.."Ucapku terpotong. Kutatap ibuku yang duduk berseberangan dengan aku.
"Bu..aku ini baru semester satu..masa depanku masih jauh..apa aku tidak terlalu belia untuk memikirkan hal semacam itu?aku juga masih punya hak untuk memilih mana yang terbaik untukku kan bu?"Lanjutku. Ibuku tersenyum.
"Iya..itu kan hanya harapan kami..kalau misal kau tak mau ya itu hak mu..ibu dan kita semua tidak akan memaksakan..apapun pilihanmu kami setuju.." Ucap Ibu sambil tersenyum.
"Besok lebaran haji mereka akan datang bersilaturahmi lagi kemari..mereka akan menemuimu..pikirkanlah dulu baik-baik dek sebelum kau mengambil keputusan.."Ucap Bude tersenyum sambil mengelus pundakku.

Datangnya Keluarga Jauh Part II

Aku sedang asyik dengan buku ku ketika Ibuku masuk ke kamarku. Padahal baru saja aku dengar ibuku asyik mengobrol,sekarang ia sudah ada di depanku.
"Itu ada saudara datang..pakai kerudungmu,temui dulu mereka.."Ucap Ibu.
"Siapa?"tanyaku heran.
"Saudara jauh,ayo cepat..hormatilah tamu yang sudah jauh-jauh datang kemari.."Lanjut Ibu. Aku hanya mengangguk dan mengenakan jilbabku. Aku berjalan ke ruang tamu,sudah ada ayah ibuku disana dengan orang-orang yang ku jumpai tadi di rumah Bude. Aku mengangguk dan tersenyum sembari memberi salam.
"Wahh..ini dia..cantik sekali ya.."Ucap perempuan separuh baya sembari mencium pipiku,disambut gelak tawa serombongan keluarga itu. Ibuku menyuruhku memanggilnya Mbah. Walaupun ia tak begitu tua,tetapi alur keluarga besar menggaruskanku memanggilnya begitu.
Mereka mengajakku mengobrol dan bercanda. Belakangan ku tahu kalau mereka adalah keluarga kaya yang sering di sebut-sebut Bude ku. Penampilan mereka sangat islami,dan kata ibuku akhlak keluarga mereka dijamin baik. 
Saat berkumpul bersama,ada sepasang mata yang melihat terus ke arahku. Namun aku tak tahu dan tak berani melihat ke arahnya. Aku hanya terdiam dan menunduk. Ikut tersenyum dengan candaan mereka. Sikap mereka aneh bagiku,mereka seperti istimewa memperlakukanku. Entahlah,mungkin hanya perasaanku saja.
Keesokan harinya,Bude datang kerumahku. Ia duduk didapur seperti biasanya mengobrol dengan ibuku. begitulah ibu-ibu kalau sudah bertemu,ngobrol panjang lebar tak karuan. Aku datang dan menyapa bude dan mencium tangannya.
"Eh ini dia.."Ucap Bude sambil tersenyum padaku,entahlah apa maksudnya. Aku kembali kekamarku dan membiarkan mereka kembali mengobrol. Tiba-tiba kakakku datang dan menghampiriku.
"Dek..kemaren ada tamu siapa?"Tanya nya sambil duduk di sebelahku.
"Nggak tau,katanya sih saudara dari Jakarta.."Jawabku.
"Oh.."
"Kenapa?"Tanyaku heran.
"Kamu suka nggak sama lelaki yang datang dengan mereka?"Tanya kakaku dengan nada sedikit mengintrogasi.
"Siapa?yang mana?"
"Kata ibu sih anaknya Mbah itu.."
"Oh..kok tanya ke aku?"Tanyaku heran.
"Ya kan cuma tanya..soalnya ibunya dia nanyain kamu ke ibu..ya..mungkin anaknya suka sama kamu.."Ucap kakak nyengir.
"Apaan sih..kenal juga engga ! " Ucapku jutek sambil menutup bukuku dan membalikkan badan.
"Kalo kamu dilamar mau nggak dek sama dia?"Tanya kakak ku makin serius.
"Ngomong apa sih? aku kan baru kuliah,semester pertama lagi..masa mau disuruh nikah!"
"Ya bukannya gitu dek..tapi siapa tahu jodoh,nikah kan bisa ntar habis lulus.."Kakak ku makin nyengir.
"Ngawur!" Ucapku manyun dan meninggalkannya di kamar. 
Pikiranku melayang-layang. 

Datangnya Keluarga Jauh part I


Kakiku melangkah tanpa ragu menyusuri jalanan setapak kecil,sesekali aku berlari-lari kecil sembari menikmati sejuknya udara di desaku. Sebuah desa terpencil dengan penduduk yang tidak terlalu banyak. Dengan mayoritas mata pencahariannya adalah di bidang pertanian.
Dengan latar belakang inilah aku memilih untuk terjun ke sebuah pendidikan dalam bidang pertanian. Aku,adalah seorang gadis yang sedang berjalan menyusuri terjalnya kehidupan dalam proses pencarian jati diri dan pencapaian sejuta mimpi. 
Lelah ku mengitari indah alam pedesaan ini,aku bergegas kembali ke rumahku,ku cuci tangan dan kaki dan ku basuh wajahku.
"Cepat bersihkan badanmu..tolong antarkan sayuran itu tempat Bude ya.."
"Sekarang?"
"Iya..kalau nanti-nanti keburu layu.."
"Iya bu..?Ucapku sambil menurunkan celana panjangku yang ku naikkan saat mencuci kaki tadi dan memakai kembali jilbabku.
Rumah bude tidak terlalu jauh dari rumahku,sekitar dua kilometer saja. sesampainya disana ternyata rumah bude sedang kedatangan tamu. Aku masuk lewat pintu belakang.
"Bude.."Panggilku. Tetapi tidak ada jawaban. Tampaknya seluruh anggota dari keluarga ini sedang sibuk di ruang tamu. Aku masuk ke ruang tengah. Di pintu aku berpapasan dengan seoranag lelaki,mungkin 5 atau 6 tahun lebih tua dari aku. Aku tersenyum sambil menganggukan kepala,ia pun tersenyum ramah.
"Eh Bel..sini sini..ini lho ada keluarga Mbah dari Jakarta.."Ucap Bude sambil menarik tanganku,aku hanya tersenyum ketika Bude memperkenalkan aku kepada rombongan keluarga itu. Tak lama kemudian aku berpamitan pulang dengan alasan Ibu sudah menungguku. Padahal aku tak begitu suka berada di tengah-tengah orang-orang yang terbilang asing untukku.
"Bude dirumah dek?"Tanya Ibu ketika aku masuk ke dapur. Aku hanya mengangguk sembari melepas jaketku.
"Dirumah Bude lagi ada tamu Bu..katanya keluarga Mbah..tapi aku nggak pernah liat tuh muka-mukanya.."Ucapku acuh sambil membuka lemari pendingin dan mengambil air putih.
"Siapa?"Tanya Ibu mendekatiku. Aku hanya menggeleng sambil meneguk air putih itu.

dewasakah aku ?


“Kehidupan di luar sana pasti sangat keras ya dek? “ Tanyanya lembut sembari mengusap batu di sebelahku. Aku mengangguk dan tetap diam memainkan bunga ilalang di tanganku. Ia tersenyum dan menatapku,lalu mengalihkan pandangannya lepas ke hamparan ilalang.
“Sebenarnya ini hanyalah masalah waktu,waktu untukmu belajar beradaptasi..waktu untuk mengenal lingkungan dan karakter orang-orang disekitarmu..dan waktu untuk mengubahmu yang manja menjadi sedikit lebih dewasa.."sambungnya. Aku menoleh kearahnya lalu kembali memainkan bunga ilalang di tanganku.
“Menurutmu,bisakah aku bertahan dengan keadaan seperti ini?”Tanyaku pelan. Lagi-lagi ia hanya tersenyum.
“Kau itu jauh lebih kuat dari yang kau tahu,asalkan kau mau memberi sedikit ruang di benakmu untuk keyakinan dan keoptimisan..”Ucapnya ,sekarang ia menatapku hangat.
“Menurutmu aku manja?”Tanyaku lagi.
“Kau tidaklah terlalu manja dengan usiamu saat ini,hanya saja kau telah masuk dalam lingkungan yang mengharuskanmu bersikap dewasa..kau bukanlah peri kecil lagi dek,yang selalu terpenuhi segala inginmu..yang hidup dengan orang-orang yang mencintai dan melindungimu..sekarang semua telah berbeda..”
“Dimana aku bisa belajar dewasa?apa yang harus aku lakukan agar aku cepat menjadi dewasa? Kalau aku sudah dewasa tentu aku akan lebih mudah menghadapi semua ini bukan?”Tanyaku sembari menatap tajam kearahnya. Dan ia tersenyum sembari memegang pundakku,
“Kedewasaan akan datang dengan caranya..kau akan semakin dewasa seiring dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya persoalan yang kau lalui..percayalah peri kecil..”Ucapnya dengan sangat lembut. Matanya seakan meyakinkanku dan memberiku sedikit ketenangan.

teman dekat ?


“Assalamua’alaikum..”Ucapku ketika masuk ke istanaku,tempat orang-orang yang ku sayangi berkumpul dan mengalunkan aliran melodi ketenangan dalam urat nadiku.
“Wa’alaikumussalam anakku..”Jawab wanita itu dengan lembut sembari mengulurkan tangannya untuk ku cium dan ia menggapaiku kemudian mencium pipiku.
Malam ini aku baru tiba di rumahku,rumah sederhana tapi hangat. Tempatku tumbuh dengan didikan kesederhanaan dan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Ayahku yang menjemputku di stasiun,dengan sepeda motornya yang setia mengantar kemanapun ia akan pergi. Ia tetap terlihat gagah walau telah termakan usia. Ia adalah sosok terhebat di dunia untukku,ia adalah pahlawanku.
Malam ini terasa sangat indah untukku. Aku kembali ke rumahku setelah lama aku tinggal di perantauan untuk mencari ilmu. Ibuku menyiapkan air hangat untukku mandi,memasakkan makan kesukaanku,dan membuatkanku teh manis untuk menghangatkan badanku. Sungguh luar biasa nikmat Mu Rabb-ku..Kau telah kirimkan malaikat-malaikat Mu ini bersamaku..
Aku duduk menikmati teh manis buatan ibuku dan kue-kue tradisional yang dibuatkan khusus oleh nenekku untukku. Ku pandangi ikan-ikan di kolam dekat meja makanku,mereka berkejaran dan berebut ketika ku beri sedikit potongan kue itu. Suasana disini sangan tenang,khas pedesaan. Ya..aku memang orang desa,rumahku di kaki gunung yang jauh dari keramaian kota. Ayahku adalah seorang petani yang merawat kebunku dengan tangannyaa sendiri. Ibuku adalah wanita lembut yang pekerjannya adalah mengurus dan mendidik putra-putrinya. Kami memang tidaklah kaya raya,kami hanya orang desa yang hidup dalam kesederhanaan. Tapi syukur alhamdulillah kami sangat bahagia.
Aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara,kakak ku telah menikah dan ikut dengan suaminya. Umur kami terpaut sangat jauh. Karena itulah saat ini aku merasa aku adalah anak tunggal. Akulah yang menjadi tumpuan dan harapan ayah ibuku saat ini.
“Bagaimana kuliahmu dek?”Tanya lelaki itu sembari mematik api untuk menyalakan rokoknya.
“Alhamdulillah lancar Yah..walaupun ada aja dosen yang nyebelin..”Ucapku sambil tersenyum.
“Yahh..namanya juga kuliah dek..hal seperti itu wajar..”Ucapnya lagi sambil menghisap sebatang tembakau itu.
“Tak terasa anak ibu sekarang sudah besar ya..rasanya baru kemari ibu menyusui bayi mungil dan membersihkan ompolnya..”Suara itu muncul di sebelahku,belaian lembutnya menyusuri kepalaku. Aku hanya tertawa kecil.
“Iya..rasanya kemarin ayah masih bisa menggendongmu..tapi sekarang sudah encok nih punggung ayah kalau gendong anak ayah yang hebat ini..hahahaha” Ayah tertawa renyah sambil terbatuk-batuk karena hisapan rokoknya. Ibu tersenyum hangat dan duduk di samping kiriku.
“Kamu sudah besar dek..sudah dewasa..apa belum ada laki-laki yang dekat denganmu?”Tanya ibu pelan.
“Kok ibu tanyanya gitu..sekarang,buat adek yang penting itu cepet selesai kuliah..biar bisa bantu ayah besok..”Aku tersenyum sambil menatap wajah ayah dan ibuku bergantian.
“Tapi kamu itu sudah waktunya lho dek punya seseorang yang bisa dijadikan teman dekatmu..masa kamu mau sama ayah dan ibu terus?”Ibu mengusap rambutku.
“Emang kenapa kalau sama ayah dan ibu terus? Nggak boleh? “Ucapku manyun.
“Bukan begitu anakku..hanya saja rasanya ibu dan ayah itu akan lebih tenang kalau kamu punya teman dekat yang bisa bantu ayah dan ibu menjaga kamu..bukan begitu yah?”
“Ayah sih terserah kamu aja..tapi perlu kamu tahu,ayah sama sekali tidak mengharap apapun dari kamu..ayah sama ibu bersusah payah seperti ini kami ikhlas..nggak perlu kamu mikirin gimana balas ayah sama ibu..nggak perlu..liat kamu bahagia,jadi orang berhasil sudah cukup membuat ayah dan ibu senang..”Ucap ayah dengan suaranya yang khas. Ibu tersenyum kepadaku,dan aku hanya menunduk diam kembali menatap ikan-ikan yang berenang bebas.