Rabu, 31 Juli 2013

Goodbye July, Hello August

Malang,my first day in wonderful August.

Alhamdulillah, kata-kata pertama yang ingin terucap ketika mata kembali menatap hangatnya rona indah ciptaan Robbul Izzati yang membuat terlena. Serasa jiwa tak ingin terlepas dari janji kedamaian. Janji yang jelas dan pasti akan kebenarannya,janji yang jelas siapa yang menjanjikannya, janji yang nyata dari beribu-ribu peliknya maya. Pagi ini, dalam ku hirup ketenangannya tanpa ingin seorangpun meniadakan. Jendela di losmen kecil pinggiran kota ini terbuka lebar, lebar sekali. Sengaja aku lakukan untuk mengecilkan jarakku dengan bukti agung ciptaanNya. Semerbak keharuman dan kesejukan entah darimana asalnya, mungkin Tuhan pun sedang membuka jendela syurganya, sehingga serpihan sejuk dan segarnya bisa aku rasa.
Separuh ramadhan terlewat, bahkan hari kemenangan semakin dekat. Cepat sekali, pikirku. Baru kemarin aku merindukannya. Baru kemarin aku menunggu-nunggu damai dalam harinya. Rahmat dalam setiap waktunya,ampunan yang melimpah ruah, suasana sederhana tapi sebenarnya megah. Kemenangan, bukan aku tak merindukannya. Hanya saja, bulan sebelumnya begitu menyenangkan. Begitu menjanjikan.
Pagi ku di hari kerja terakhir sebelum libur, libur sebelum lebaran kata orang. Lama sekali aku menunggu hari ini. Sebenarnya lebih tepat menunggu hari setelah hari ini. Ah tidak, bisa jadi aku menunggu apa yang akan aku lakukan di hari setelah hari ini. Rasanya, rindu ini meruak di dalam dada. Menyisakan sesak yang tak bisa aku tahu apa obatnya. Aku rindu, rindu sekali. Rindu akan suasana di sana. Tempat dimana sebagian besar cerita masa kecilku tercipta. Tempat dimana seluruh orang-orangnya selalu melindungiku dari sengat dunia. Tempat dimana dua sosok hebat itu merangkulku hingga aku menjadi dewasa.
Hari ini, aku menulis lagi. Sesuatu membuat jemariku kembali bergerak menuliskan sepenggal cerita. Ini bukanlah sebuah hal yang pantas diberi perhatian lebih, ini hanya serpihan cerita yang mungkin suatu hari nanti bisa aku baca ulang,dan berulang kali. Hingga aku akan tersenyum sendiri mengingat apa yang aku tulis hari ini. Terima kasih kamu, membuat aku ingin bercerita lagi. J
Kembali pada hari ini, ya di hari ini. Hari ini, seperti biasa kuawali hari. Ramadhan disini membuatku rindu, rindu kehangatan suasana masa kecilku. Perlahan folder cerita ku terbuka,terpampang siluet-siluet merangkai indah sebuah cerita. Menyeruak kisah-kisah manis nan lucu. Ah tidak tidak, tidak hanya itu. Banyak cerita duka terselip sebenarnya. Hanya saja, aku ingin mengingat yang indah-indah saja. Hehehe. Usiaku saat ini sudah 20 tahun. Ya kepala dua ya. Sudah tua dan berumur rupanya. Hehehe. Di usia ku saat ini, aku semakin sadar. Ternyata aku bukan lagi peri kacil ayahku, bukan lagi gadis mungil yang manja. Bukan lagi menjadi gadis kecil yang merengek minta ini itu. Aku sudah besar rupanya, ah tapi belum cukup dewasa sepertinya. Rasanya masih ingin aku bermanja-manja, rasanya baru kemarin ayah menggendongku di punggungnya. Menaruh aku di atas punggungnya ketika beliau berenang di sungai karena aku takut dan tak bisa berenang. Ah, rasanya baru kemarin aku di gandeng ibuku kepasar,rasanya baru kemarin aku merengek dan menangis meminta gula-gula kapas. Ah, semua terasa baru kemarin. Kemarin sekali.
Tapi lihatlah aku sekarang, semua sudah berubah. Berubah sekali. Sekarang aku sudah terbiasa hidup sendiri di kota rantau. Dulu, ibu masih membangunkanku dan memasak untukku ketika sahur, dulu ibu selalu menyiapkan air hangat saat aku mau mandi, dulu ibu selalu menyisir rambutku. Tapi semua itu dulu. Sekarang, aku disini hidup sendiri. Mengurus segala keperluanku sendiri. Bangun dan memasak sahur untuk aku makan sendiri. Senang awalnya, aku bisa melakukan apapun yang ingin aku lakukan sendiri. Bahagia memang. Tapi ternyata sepi. Tidak ada lagi gelak tawa saat berbuka. Tidak ada lagi ribut-ribut saat sahur tiba. Ah, semua itu benar-benar membuatku rindu. Rindu sekali.

“Goodbye July, hello August"