Minggu, 25 Mei 2014

"Bukan Shopaholic Biasa"


Yogyakarta sore ini,


“Roda kehidupan terus berputar” ungkapan yang dulu aku pikir sekedar pepatah yang digembar gemborkan untuk menghibur yang “terjatuh”,dan mengingatkan yang “terbang”.

Oke. lama sudah blog ini gak kesentuh ya sampe usang gini,baru ini ada hasrat buat nulis cerita kacangan lagi setelah berabad-abad aku jadi orang sibuk (red : sok sibuk).

Tulisan ini sebenernya pengalaman pribadi tentang kehidupan sehari-hari. Aku, umurku sudah hampir 21 tahun dan bisa dibilang selama 21 tahun itu aku gak sadar tentang satu hal. Satu hal yang bisa dibilang lumayan penting. Sebenernya bingung mau mulai dari mana, yang jelas pepatah “Roda kehidupan itu terus berputar” itu benar! Benar. Setidaknya buatku itu benar L
Aku, terlahir memang bukan dari keluarga konglomerat, atau dari keluarga yang duit tinggal nyetak,udah gitu doang. Ayahku pegawai pemerintah yang punya usaha sampingan biasa-biasa saja dan ibuku cuma ibu rumah tangga seperti ibu-ibu normal lainnya. Aku, juga manusia yang biasa-biasa saja,untung bukan power ranger dan kawan-kawannya. Oke cukup. Selama 19 tahun terakhir, hidupku normal-normal saja. Keluargaku sederhana, tapi “aku mendapatkan apa saja yang aku mau”. Karena aku gak tega nyebut diriku sendiri shopaholic. Oke keceplosan. L
            Jatuh bangun kehidupan keluargaku memang ada. Bisnis sampingan ayahku pernah bangkrut pas lagi diatas. Rasanya kayak kamu diputusin pas lagi sayang-sayangnya (engga nyambung). Oke. Ya kayak gitu lah rasanya. Tapi untungnya ya kami masih bisa hidup dan aku masih bisa sekolah dengan bermodal gaji pokok bulanan ayahku sebagai pegawai. Saat itu semua masih baik-baik saja. Sekali lagi, aku shopaholic dan hasrat belanjaku untungnya masih bisa terselamatkan :’)
Oke sebagai penjelasan, sebenernya aku bukan shopaholic biasa. Aku shopaholic yang tau diri (red: usaha dikit membela diri hehehe). Ya maksudnya tau kalo baju itu pas sama diri sendiri ya dibeli,kalo tas itu oke dipake kesana sini ya beli, celana itu kece dibadan sendiri ya dibeli, eh ini lucu sayang kalo gak dibeli, eh itu barang siapa tau ntar butuh,beli ah, gitu maksudnya T.T
Shopaholic bagi cewek itu manusiawi kan, iya manusiawi bagi anak cucu Aburizal Bakrie (uppss! ) T.T nah bagi saya??? Oh itu bener-bener menyesakkan sekali. Apalagi pas udah belanja dompet kosong bisa-bisa nggak makan sebulan (lebay) emang kenyataan ! T.T oke. Aku anak kos sejati. Duit habis makan batu kali. T.T
           Oke. Singkat cerita kebiasaan belanja nggak penting aku itu gak bisa berhenti. Aku sakti, bisa nyulap dan ngilangin duit jatah sebulan cuma dalam waktu kurang dari 1 jam! Sa..tu jam! Bayangkan! Oke. Terima kasih klinik Tong Fang. Engga..engga. sebenernya bukan karena aku gak pernah mikir nyari duit susah, engga. Aku mikir tiap hari,tiap saat. Bahkan kalo habis ngabisin duit terus jadi mrebesmili (baca: sedih bercucuran air mata) sendiri. Perasaan bersalah selalu muncul,tapi ya gitu..kalo udah megang duit kambuh lagi. Oke. Minta jitak! -.-“
         Nah, beberapa hari yang lalu ada sahabat yang tiba-tiba nawarin (sebut saja Bunga) suruh gantiin dia kerja part time di sebuah tempat makan ala-ala anak kampus,murah dan kenyang! Temenku itu resign karena punya alasan pribadi (aku gak tau apa,jadi jangan banyak nanya! ). Jadi intinya aku berdua sama temenku satunya (Sebut saja Mawar) gantiin si Bunga. Oke awalnya aku excited ! niatku ya cuma ngisi waktu luang aja, sambil dapet duit tambahan buat nambah-nambah duit beli sepatu di online shop yg harganya selangit (menurutku~) tapi bentuk super lucu hihihi. gubrak!
Oke jadi niat awal gitu. Tapi maakkkk, kamu tau gak? Tau nggakkk?? Jawab! Sebenernya kamu tau nggak?!! Oke maap. Sebenernya kamu tau nggak kalo habis kerja disitu badan remek dan kaki berasa mau copot? T.T oke. Kerjanya sih cuma 5 jam sehari, tapi beuuhh rasanyaa maaak, ajibb cenut-cenutnya ini kaki.
           Sebenernya, gaji nggak seberapa. Oke, bukan maksud songong. Tapi gaji aku sebulan sampe mau copot ini kaki nggak cukup buat beli lipstick sama bedak yang aku pake! T.T (sekali lagi bukan maksud songong). Apalagi buat beli yang lain-lain. Oohhh God ! aku sadar. Aku sadar, sekali lagi, nyari duit itu susah ! NYARI DUIT ITU SUSAH ! hiksss T.T
Tapi…..lagi-lagi aku butuh duit buat nambah-nambah beli sepatu itu biar gak motong uang bulanan kegedean. Alhasil waktu gajian pun tiba..jreng jreng jreng!
Dan...tau kah anda?? Rasanya itu kayak terbang ke langit ke tujuh senengnya (lebay) tapi itu beneran. Impian beli sepatu itu di depan mata! Oke entar sore aku beli ! yess!

Tapi, sekali lagi “roda kehidupan terus berputar”. Pas sms order udah di ketik dan tinggal send, tiba-tiba muncul bayangan di otakku susahnya nyari duit ini, gimana kaki mau copotnya, keringat kepanasannya dan perasaan lainnya yang campur aduk gak karuan. Tiba-tiba ada rasa sayang mau make duit ini,dan duit ini aku elus-elus dan ciumin. Oke boong. Maksudnya sayang banget mau make buat beli sepatu itu, belum butuh juga, mahal juga harganya, mending beli sepatu yang biasa-biasa aja. Oke. Otakku terus berpikir. Dan akhirnya, sampe sekarang duit gak aku belanjain. Oke. Dan aku sekarang “Bukan Shopaholic Biasa”. Yeaayy!! Aku senang..aku bangga… Terima kasih Klinik Tong Fang !


Dan sekarang…jreng jreng jreng, aku jadi bisa mikir dikit kalo mau beli-beli barang. Kemajuan lah, hehehe. Sekali lagi, nyari duit itu susah, pake banget.   :’)

Selasa, 13 Agustus 2013

Yogyakarta-ku Menunggu

02 Agustus 2013
Kereta ku melaju tanpa ragu. Seakan berlari mengejar apa yang dituju. Cepat sekali. Tak peduli berapa batang pepohonan yang dilalui, tak peduli berapa jarak yang terlewati. Ia tetap berlari, kencang sekali. Saat seperti inilah yang aku tunggu-tunggu beberapa minggu belakangan ini. Ya. Rasa rindu seakan menyeruak dalam dadaku. Menggebu. Aku rindu. Rindu sekali pada kederhanaan lingkungan masa kecilku. Aku rindu. Rindu sekali pada tempat yang membuat cerita terpanjang dalam masa kecilku. Aku rindu. Rindu melihat wajah dua sosok hebat itu. Aku rindu merasakan teduh kasihnya. Aku rindu kembali. Rasanya kehidupan di luar sana tak selembut kehidupan yang mereka hadirkan untukku. Alunan lembut lagu penyanyi terkenal itu menemani perjalananku. “Home”.
Yogyakartaku menunggu.

Separuh perjalanan ku terlewat. Suara tangisan bayi mungil di sebelah kursi tempat dudukku membangunkanku yang terlelap. Ku buka mataku. Ku pandang keluar jendela. Semoga belum terlewat, kataku dalam hati. Takut stasiun tujuanku sudah terlewati. Aku perhatikan sedikit demi sedikit keluar jendela di tempat dudukku, mencari-cari papan nama yang bisa menjelaskan padaku. Diamana keretaku sekarang. Tempat ini sungguh tak asing bagiku. Seakan menyimpan rapi sebuah folder kenangan. Entah apa itu. Kulihat perlahan. Aku mengenal tempat ini. Ya. Hampir setiap minggu dulu aku berada di stasiun ini. Stasiun di kota ramah,stasiun di kota dimana aku lama tinggal. Kota yang mengukir banyak kenangan. Kota yang menyimpan sejuta cerita. Kota yang membesarkan hatiku. Kota yang mengajarkanku apa arti kedewasaan. Kota hebat ini. Ya.

                Perlahan ada sesuatu yang lembut menyusup pelan dalam kalbuku, lembut sekali. Ia berjalan pelan namun pasti. Folder kehidupan yang tersimpan rapi perlahan menyeruak terbuka. Siluet-siluet lembut menyapaku. Terlihat gadis-gadis lulusan SMA datang dari sudut kota kecil disana. Wajahnya riang, wajahnya bangga. Berjalan dengan yakinnya, bertekad memulai kehidupan sendiri di kota ini. Tanpa ragu. “Itu aku”. Kemudian ku tengok kearah sana, terlihat gadis yang tengah murung. wajahnya sendu, sedih menyimpan rindu ketika ia tak dapat pulang bertemu dengan ayah ibunya. Ku lihat kearahnya. Ku lihat dalam ke sudut matanya. Aku pernah merasakannya. Ya. Rasa peperti ini. Keadaan seperti ini. Di tempat ini. Dan ternyata itu aku. “Aku sendiri”. Aku mengalihkan pandanganku, terlihat gadis dengan senyumnya yang khas sedang melambaikan tangan, tanda perpisahan mungkin. Atau apa itu akupun tidak begitu yakin. J
        Tapi yang jelas keduanya tersenyum meski ku tahu matanya menyiratkan sebuah kesedihan. Seseorang ada di seberang sana menunggu perginya kereta. Menunggu harap-harap cemas petugas yang memberangkatkan kereta. Memandang lekat ke sosok di balik jendela salah satu gerbong kereta. Kemudian tersenyum pahit. Melambaikan tangan berulang, dan berulang. “Itu juga aku”. Ya aku. Aku setahun yang lalu. Yang masih punya cerita dengan kamu. Ku alihkan lagi pandanganku, kali ini ku lihat di sudut sana. Seseorang sedang duduk bersama yang lainnya. Ia tertawa, riang sekali. Bercanda dengan yang lainnya, seakan dunia hanya milik mereka. Tertawa lepas tanpa beban, bersama kawan. Ah ternyata itu aku. Aku dan mereka. Mataku pun beralih di sudut yang lain, terlihat siluet gadis sedang duduk menunggu. Terlihat ia hanya diam dan kemudian tersenyum. Tanpa kata, dan lagi-lagi hanya tersenyum. Itu aku, beberapa bulan lalu. Ketika usai sudah cerita ku dengan kamu. Dan itu terakhir kalinya kamu mengantarku. Aku adikmu, dan kau kakakku. Begitu akhirnya. Tapi aku beruntung, punya cerita denganmu. Dan akupun beruntung, Yogyakarta masih merindukanku. Aku bahagia, Yogyakarta masih menyimpan rapi ceritaku.