Minggu, 17 Juni 2012

Siluet Senja

         Sang mentari tampaknya mulai lelah menghangatkan  jiwa-jiwa yang tak pernah puas. Perlahan sinarnya mulai temaram dan bersembunyi. Menyisakan rona-rona indah yang berbaur bersama goresan-goresan warna menunjukkan Kuasa Sang Esa. Gemercik deburan air semakin menambah semarak nurani,hembusan angin yang menerpa meliuk-liuk menari bersama alunan senja. 
Sungguh agung benar ciptaan-Nya. Membuat semua hati yang disentuhnya akan bertekuk,semua yang menyaksikannya akan tertunduk,hempaskan jiwa yang mengamuk dan satukan kembali rasa yang telah remuk. Inikah gambaran sepercik keindahan di yang kekal nanti,inikah gambaran kedamaian di keabadian nanti. Sungguh indah,sungguh mengagumkan,sungguh luar biasa. Andaikan semua mata dan hati bisa merasakannya,betapa indahnya,betapa damainya,betapa agungnya. Andaikan semua rasa bisa terkalahkan olehnya,tak kan ada lagi ego yang menjelma,tak ada lagi permusuhan yang menghancurkan,tak ada lagi sedih yang mencekam. Semesta hanya mampu terdiam,hanya mampu termenung menyaksikan segala ulah tangan-tangan yang berkuasa. Menghancurkan,meniadakan,menghilangkan. Segala ketenteraman yang telah tercipta,yang telah ada,dan yang telah membuat rasa bahagia. Inikah awal dari kehancuran?inikah awal dari kenistaan?yang akan menjadi tombak penghancur,tombak penegur,yang akan membuat semua nyata dan tak ada lagi yang mampu menghibur.
Gadis itu duduk terdiam ditepi dermaga. Dengan secarik kertas lengkap dengan pena di sela-sela jarinya. Di pangkuannya terlihat sebuah buku yang mengisahkan kisah hidupnya. Tatapan matanya kosong,dengan sesekali manitikkan air mata sembari menggerakkan pena dengan jarinya menyusuri  sedikit demi sedikit putihnya kertas menyisakan goresan yang amat indah dan bermakna untuknya. Tak terlihat seorangpun berada disisinya. Dia tampak sangat mendalami alunan desah melodi senja,tak peduli hari semakin larut dan merengkuh jiwanya dalam gelap yang pekat. Dia baru beranjak ketika sayup-sayup panggilan menghadap Sang Kuasa terdengar. Dia berlari meninggalkan dermaga sembari memeluk erat kertas-kertas itu seperti tak ingin seorangpun merebut itu darinya.  Inikah gambaran seseorang yang terluka?atau seseorang yang tengah bahagia?entahlah..tak seorangpun tahu dirinya,tak seorangpun tahu hatinya,tak seorangpun menyadari kepedihannya. ini hanya tentang siluet senja di kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar