Sabtu, 04 Februari 2012

Datangnya keluarga jauh part IV

Pagi ini seperti biasa,ketika subuh tiba pasti handphone ku berbunyi. Rutinitas Ibuku adalah membangunkanku saat subuh. Seperti biasa,ibu menanyakan berbagai macam pertanyaan yang setiap hari hampir sama. Tapi ada yang berbeda,ibu menyuruhku pulang akhir minggu ini,saat lebaran haji tepatnya. Mendengar itu aku jadi semakin resah,apa yang harus ku lakukan ketika bertemu dengan keluarga besar nanti?kata-kata apa yang harus aku ucapkan agar tak meyakiti hati?atau bagaimana? Sempat terfikir dalam benakku aku tak usah pulang saja,agar tidak bertemu dengan mereka. Tetapi apa kata mereka?mana mungkin aku mengingkari janjiku untuk pulang kepada ibu.
Akhirnya ku putuskan untuk pulang sore itu. Seperti biasa,ayah yang menjemputku di stasiun dengan motornya. Sesampainya dirumah,ibu langsung menyambutku,ada kakak dan keponakan kecilku juga datang kerumah. Beginilah suasana di rumah saat libur tiba. Seperti biasa pula aku duduk di tepi kolam sembari memegang secangkir teh di tanganku.
"Bagaimana kuliahmu?"Tanya ayah. Pertanyaan yang selalu ia lontarkan setiap kali aku pulang.
"Alhamdulillah lancar kok Yah.."Jawabku sambil tersenyum. Pikiranku melayang-layang jauh entah kemana,terlebih ketika ibu berkata keluarga dari Jakarta telah sampai dan saat ini sedang bersilaturahmi di rumah Bude. Memang segala keputusan ada ditanganku,aku berhak menentukan apa yang menjadi keinginanku. Tapi,apakah semudah itu mengatakannya?terlebih semua berharap padaku. Entahlah..mungkin aku terlalu belia untuk memikirkan hal semacam ini. Dengan alunan merdu takbir malam ini aku meminum seteguk teh dari cangkirku.
Pagi ini seusai solat Ied,ibu menyuruhku mengenakan gamis yang ia pilihkan untukku. Aku hanya mengiyakan dan memakainya. Keresahanku semakin menjadi ketika keluarga itu datang,aku hanya bisa tersenyum dan terdiam menunduk. Lelaki itu itu menyapaku dengan senyumnya yang ramah. Di tengah pertemuan keluarga ini ia menghampiriku.
"Semester berapa de? ngambil pertanian ya?"Tanyanya ramah dengan logat Jakarta khasnya.
"Iya mas..sekarang masih semester pertama,"Jawabku dengan senyum yang seramah mungkin.
Ia mengajakku ngobrol panjang lebar. Ia sangatlah ramah,berbicara dengannya seperti sedang bercerita dengan seorang kakak. Ia begitu dewasa dan gagah. Pertama kali aku melihat jelas wajahnya,ia berada di depanku sekarang..tetapi aku tak berani mengarahkan mataku langsung kepadanya.
Ia terlihat gagah dengan baju koko nya,bahkan sangatlah gagah. Ia adalah gambaran lelaki sempurna yang mungkin diidamkan para kaum hawa. Gagah,mapan,dan shalih. Tapi entahlah..hatiku sama sekali tak bisa tersentuh olehnya. Ia adalah sesempurna-sempurnanya seorang lelaki dewasa yang matang. 
"Kurang menarikkah ia untukmu?"Tanya kakakku kepadaku yang sedari tadi sedang termenung.
"Ia adalah semenarik-menariknya seorang lelaki..tapi betapapun sesempurnanya ia..apakah ada ketentuan bahwa setiap hati bisa menerimanya?"
"Apa yang kau maksud dek?apakah kau tidak menyukainya?"Tanya Ibu mendekatiku.
"Aku menyukainya Bu,tapi..aku lebih menyukainya sebagai seorang kakak..bila ditanya apa aku nyaman di dekatnya,pastilah aku sangat nyaman..tapi lagi-lagi hanya sebagai kakak..ketika aku ditanya apa aku merasa cocok menjadikannya pasangan hidup,aku tidak bisa menjawabnya..masa depanku masih panjang Ibu..Bude..Kak..tidakkah aku terlalu dini untuk memikirkan hal itu?aku ingin meraih mimpi-mimpiku dulu..aku tidak mau terbatasi dulu.."Ucapku perlahan sembari menatap Ibu,Bude dan kakak ku bergantian. Hanya alasan itulah yang bisa ku katakan.
"Tapi dek..ini tak akan membatasimu meraih mimpi-mimpimu..sama sekali tidak ada pengaruhnya bukan?.."Ucap Bude. Aku hanya tersenyum.
"Saat ini memang tidaklah terlalu berpengaruh..tapi tidakkah Ibu dan seluruh keluarga mempertimbangkan usiaku saat ini?bukankah gadis-gadis seusiaku masih belum bisa terlalu konsisten?aku masih ingin bebas menikmati masa-masa ini Ibu.."Ucapku sambil tersenyum kepada ibuku.
"Tapi akan sulit menemukan orang yang lebih baik darinya dek.."Ucap Bude kecewa.
"Jika memang ia jodohku..pasti Allah akan mempertemukan kembali..biarkanlah saat ini kita punya kehidupan masing-masing.."Ucapku sambil tersenyum. Rasanya semua yang aku katakan sudah mewakili apa sebenarnya keputusanku. Bukan aku tidak menyukainya,justru sebaliknya..aku sangat menyukainya,tapi bukan untuk pasangan hidup. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar